Senin, 29 Juni 2009

MODEL dan STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Shulfan, S. Ag*
(*Guru Matematika MTsN Madat A. Timur dan
Mahasiswa Pasca Sarjana UGM Yogyakarta)

Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan wahana sebagai kenderaan. Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai wahana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar mencakup beberapa aspek dan metode pengajaran yang sudah dikembangkan oleh para pakar dan ahli.
Tujuan utama penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan penting untuk pencapaian tujuan tersebut, termasuk didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya. Maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar dengan ilmu manajemenya, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar.
Usaha guru dalam mengatur dan memanej kelas serta menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan. Karena itu pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang berlandaskan upaya memberikan bimbingan kepada siswa. Dari sini terrefleksi bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Dengan proses yang berkualitas akan memperoleh hasil yang berkualitas pula.
Disamping faktor guru, faktor siswa juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena salah satu hakekat pembelajaran adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang dengan adanya pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar, makna bagi siswa (menurut Ausubel) proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka mncapai tujuan.

A. PROSES PEMBELAJARAN
Proses belajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur:
a. Tujuan yang ingin dicapai
b. Siswa, guru dan sumber belajar lainnya
c. Bahan pelajaran
d. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
Hakekat belajar adalah suatu proses perubahan sikap, tingkah laku, dan nilai setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar ini selain guru dapat berupa buku, lingkungan, Teknologi Informasi dan komunikasi atau sesama pembelajar (sesama siswa). Sedangkan istilah mengajar dalam pengertian di atas adalah kegiatan dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian mengajar tidak harus merupakan proses tranformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses itu merupakan proses pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan situasi siswa belajar. Berbagai pandangan tentang bagaimana belajar harus terjadi telah dilontarkan para ahli.
Menyangkut belajar aktif (Piaget) tidak menunjuk hanya pada aksi luar yang ditunjukkan siswa. Ia mencontohkan yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan metode Socratik (utamanya tanya jawab) untuk mengkondisikan siswa dalam situasi aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa yang telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya secara tepat pada saat yang tepat pula sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya melalui penalaran berdasar pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Bahkan jawaban benar bukan tujuan utama. Yang utama ialah bagaimana siswa dapat memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran proses berpikirnya yang tentunya akan membawa ke jawaban yang benar. Hal ini selaras dengan : “penilaian yang berprinsip menyeluruh”, yaitu penilaian yang mencakup proses dan hasil belajar, yang secara bertahap menggambarkan perubahan tingkah laku. Menurut As’ari (2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut:
1. Pemberian informasi, perintah dan pertanyaan oleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 %, selebihnya berasal dari siswa.
2. Siswa mencari informasi, mencari dan memilih serta menggunakan sumber informasi.
3. Siswa mengambil inisiatif lebih banyak.
4. Siswa mengajukan pertanyaan.
5. Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6. Ada penilaian diri dan ada penilaian sejawat.
Dengan demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika proses belajar yang dialami siswa dan proses mengajar yang dialami oleh guru adalah efektif. Dalam penilaian, efektifitas proses belajar mengajar haruslah ditinjau keefektifan komponen yang berpengaruh dalam PBM. Misalnya siswanya termotivasi untuk belajar, materinya menarik, tujuannya jelas, dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang optimal perlu didukung oleh kerangka umum kegiatan belajar yang mendukung berlangsungnya proses belajar, yang dikenal sebagai struktur pengajaran matematika.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran matematika yang diterapkan sekarang masih banyak yang menggunakan metode tradisional dengan menggunakan metode tunggal yaitu ekspositori dengan dilevery method, memposisikan guru sebagai pelaku utama dan siswa terposisi sebagai peserta didik yang pasif (Marsigit, 2007). Dengan asumsi ingin memberi bekal materi sebanyak-banyaknya kepada siswa, maka pada pembelajaran tradisional, guru terpaksa melakukan berbagai kegiatan kontrol agar siswa bersikap kooperatif dan memperhatikan guru. Kontrol dilakukan melalui berbagai cara bahkan jika perlu guru mengajukan pertanyaan sekalipun. Hal ini disebabkan karena belum memahaminya paradigm pendidikan sebagai kebutuhan siswa, disamping itu guru juga belum mampu mengembangkan skema pembelajaran untuk melayani berbagai jenis kebutuhan akademik siswa.

B. PENYAJIAN MATERI PELAJARAN
1. Pembelajaran Secara Kelompok
Pembelajaran secara kelompok merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa dikelompokkan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan konsep pokok / sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktifitas sosial siswa, sikap dan nilai. Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA). Misalnya dengan kegiatan diskusi, penelitian sederhana (observasi), pemecahan masalah serta metode lain yang memungkinkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi dalam belajar secara kelompok. Kesempatan siswa untuk membina rasa tanggung jawab, rasa toleransi, peluangnya lebih besar akan dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar kelompok. Dengan belajar kelompok lebih jauh siswa akan memahami aspek materi pelajaran yang bersifat problematis berdasarkan pokok bahasan maupun berdasarkan aspek sosial nyata.
Secara langsung siswa akan belajar memberikan alternatif pemecahannya melalui kesepakatan kelompok. Dalam pembelajaran kelompok perlu diperhatikan tentang alokasi waktu dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Seringkali pembelajaran kelompok menggunakan waktu yang melebihi dari waktu yang di alokasikan. Untuk itu kegiatan bimbingan dari guru sangat diperlukan.
2. Pembelajaran Secara Perorangan
Pembelajaran perorangan dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut, diantaranya guru perlu memiliki kemampuan yang berkenaan dengan: mengkaji hasil prestasi belajar siswa merencanakan, melaksanakan, serta menilai program perbaikan dan pengayaan hasil belajar siswa à melaksanakan kegiatan belajar dalam latihan secara perorangan. Kemampuan tersebut dalam pelaksanaannya perlu dilandasi dengan perhatian, bimbingan, dan motivasi dari guru. Kegiatan belajar perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Program pengayaan dapat dilaksanakan oleh setiap sekolah yang programnya disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan kegiatan perbaikan (remidial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang kurang berhasil atau yang prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya. Juga program perbaikan disediakan untuk siswa yang ketinggalan pelajarannya karena tidak masuk (tidak hadir) pada saat proses belajar mengajar tersebut berlangsung. Jadi pembelajaran perseorangan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas.
Contoh pembelajaran perorangan diantaranya adalah dengan menggunakan paket pengajaran Modul, baik dalam bentuk cetakan maupun CD interaktif. Dengan Modul ini siswa belajar secara perorangan, sehingga memungkinkan sekali siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu atau mengejar-ngejar siswa lain seperti halnya pada pembelajaran klasikal.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memperoleh hasil belajar yang maksimal salah satu pendekatan umum yang dapat digunakan adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Adapun mamfaat bagi siswa adalah:
A = Aktif, siswa aktif
• Bertanya
• Mengemukakan gagasan dan ide
• Mempertanyakan gagasan orang lain
K = Kreatif, siswa dapat
• Merancang/membuat sesuatu
• Menulis/mengarang
E = Efektif, siswa:
• Menguasai ketrampilan yang diperlukan
M = Menyenagkan pembelajaran membuat siswa:
• Berai mencoba dan berbuat
• Berani bertanya
• Berani mengemukakan pendapat
• Berani mempertanyakan gagasan orang lain.

C. BEBERAPA STRATEGI YANG DIGUNAKAN
Metode pemecahan masalah menurut sebagian para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui sipelaku. Pada saat memecahkan masalah diperlukan strategi jika di gunakan siswa bisa bermamfaat dalam kehidupan nyata mereka. Strategi dimaksud antara lain adalah:
a. Membuat diagram dan mengidentifikasi masalah
Strategi ini berkaitan dengan pembuatan sket atau gambar yang memudahkan untuk memahami masalah dan mempermudah mendapat gambaran umum penyelesaian.
b. Dimulai dengan soal-soal yang sederhana
c. Membuat tabel, utuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran.
d. Menemukan pola, mencari keteraturan untuk menemukan penyelesaian
e. Memperhitungkan setiap kemungkinan
f. Berpikir logis
g. Mencoba-coba, supaya ada gambaran umum dari apa yang diketahui
Disamping hal tersebut diatas, banyak juga siswa tumbuh tanpa menyukai matematika sama sekali (Charles & Laster, 1982). Mereka tidak senang dalam mengerjakan tugas dan merasa bahwa matematika itu sulit, menakutkan, dan tidak semua orang dapat mengerjakannya. Rasa tidak percaya diri ini harus dihilangkan sedini mungkin, dengan melibatkan siswa dalam seluruh kegiatan belajar mengajar agar tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap matematika. Permasalahan seperti ini guru haruslah melakukan investigasi atau penyelidikan kepada siswa merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Diawali dengan pemecahan soal-soal yang diberikan guru dan pola ini tidak terstruktur secara ketat yang dalam pelaksanaa mengacu pada berbagai teori investasi.
Flenor membagi kegiatan guru dalam pembelajaran menjadi lima tahap:
1. Apersesi
2. Investigasi
3. Diskusi
4. Penerapan dan
5. Pengayaan


Tidak ada komentar:



 

MATH EDUCASI and CULTURE Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha